Sejumlah pengusaha di Indonesia menyuarakan harapan agar pemerintah tetap memegang teguh komitmen terhadap transisi energi hijau. Hal ini disampaikan dalam berbagai forum bisnis nasional dan internasional, seiring meningkatnya perhatian global terhadap perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan.

Dorongan dari Sektor Swasta

Para pelaku usaha menyatakan bahwa komitmen terhadap energi hijau bukan hanya persoalan lingkungan, tetapi juga peluang ekonomi. Menurut Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid, investasi di sektor energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan daya saing industri nasional. “Kita harus memanfaatkan momentum ini untuk membangun ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujarnya.

Banyak perusahaan juga telah mengambil langkah konkret, seperti menggunakan energi bersih dalam operasionalnya, menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, Governance), dan menggandeng mitra internasional untuk transfer teknologi energi hijau.

Kekhawatiran atas Konsistensi Kebijakan

Meski demikian, kalangan pengusaha mengaku masih menemukan tantangan, terutama soal konsistensi regulasi. Beberapa program transisi energi yang dicanangkan pemerintah masih dinilai belum sinkron antar sektor dan kadang mengalami perubahan arah. “Kami butuh kepastian jangka panjang. Dunia usaha tidak bisa bekerja dalam ketidakpastian,” kata seorang CEO perusahaan energi terbarukan di Jakarta.

Mereka juga menyoroti masih minimnya insentif fiskal dan kemudahan investasi di bidang energi bersih, yang membuat investor enggan menanamkan modal dalam jumlah besar.

Komitmen Indonesia dalam Agenda Internasional

Indonesia sebelumnya telah menyatakan komitmen untuk mencapai net-zero emission pada 2060 atau lebih cepat. Pemerintah juga berpartisipasi dalam berbagai pertemuan global seperti COP (Conference of the Parties) dan menandatangani berbagai kesepakatan internasional untuk mengurangi emisi karbon.

Namun, para pelaku usaha menilai bahwa implementasi di tingkat nasional masih perlu dipercepat. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan komitmen di atas kertas. Butuh tindakan nyata dan kolaborasi multisektor,” tegas seorang pengusaha dari sektor manufaktur hijau.

Kolaborasi sebagai Kunci

Dalam menghadapi tantangan ini, sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil menjadi sangat penting. Banyak pengusaha berharap pemerintah dapat memperkuat kebijakan energi bersih melalui dukungan regulasi yang jelas, insentif fiskal, serta dukungan infrastruktur.

Dengan potensi sumber daya alam yang besar dan SDM yang kompetitif, Indonesia dinilai mampu menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara dalam sektor energi hijau jika mampu menjaga komitmennya.