Lonjakan Kasus DBD Setelah Banjir di Bekasi 

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bekasi mengalami peningkatan signifikan setelah banjir yang melanda wilayah tersebut. Kondisi ini memicu kekhawatiran di kalangan masyarakat dan tenaga medis, mengingat penyakit ini bisa berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.

Faktor Penyebab : Perubahan Iklim dan Genangan Air

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menjelaskan bahwa meningkatnya kasus DBD pasca-banjir disebabkan oleh kombinasi faktor lingkungan dan perubahan iklim. Fenomena La Nina, yang menyebabkan curah hujan tinggi dan peningkatan kelembapan udara, turut mempercepat siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.

Selain itu, banyak warga yang belum maksimal dalam membersihkan lingkungan setelah banjir. Sampah-sampah yang menumpuk serta wadah-wadah air yang tidak segera dikosongkan menjadi tempat sempurna bagi nyamuk bertelur dan berkembang biak.

Angka Kasus DBD Mengkhawatirkan

Data terbaru menunjukkan bahwa pada tahun 2024, Kota Bekasi mencatat 4.167 kasus DBD, dengan 26 korban meninggal dunia. Ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Tren peningkatan kasus terjadi setiap awal tahun, dengan puncaknya pada Januari hingga April. Musim hujan dan banjir memperburuk keadaan, karena meningkatkan populasi nyamuk penyebar virus DBD.

Kasus terbanyak ditemukan di beberapa kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, di mana sanitasi lingkungan masih menjadi tantangan.

Pemerintah dan Masyarakat Diminta Bergerak Cepat

Untuk menekan laju penyebaran DBD, pemerintah melalui Dinas Kesehatan dan instansi terkait telah melakukan beberapa langkah, antara lain:

  • Fogging (pengasapan) di wilayah-wilayah terdampak banjir yang memiliki laporan peningkatan kasus DBD.
  • Pembagian abate kepada masyarakat untuk membunuh jentik nyamuk di tempat-tempat penampungan air.
  • Edukasi dan sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk.

Masyarakat juga diimbau untuk melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus, yaitu:

  • Menguras tempat penampungan air secara rutin.
  • Menutup wadah-wadah air agar tidak menjadi sarang nyamuk.
  • Mendaur ulang barang bekas yang bisa menampung air hujan.
  • Plus menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan kelambu atau lotion anti-nyamuk saat tidur.

Kesimpulan: Waspada dan Lakukan Pencegahan!

Lonjakan kasus DBD di Bekasi menjadi peringatan bagi seluruh masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyakit ini, terutama setelah banjir. Jika mengalami gejala DBD, seperti demam tinggi lebih dari dua hari, pusing, atau mimisan, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan dini.

Dengan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan serta meningkatkan kesadaran terhadap bahaya DBD, diharapkan penyebaran penyakit ini dapat ditekan dan tidak semakin meluas.